Sejarah Hidup Pria Biru






Saya suka membaca buku biografi para tokoh-tokoh terkenal, baik itu tokoh di negeri sendiri maupun luar negeri. Mulai dari artis hingga tokoh politik, baik muda maupun tua. Dengan membaca kisah mereka, kita bisa belajar bagaimana mereka meraih keberhasilan. Banyak sekali pelajaran hidup yang bisa kita petik dari perjalanan hidup para tokoh tersebut.

Lalu saya jadi berpikir, kira-kira kelak ada nggak yang mau menuliskan biografi saya yang orang biasa ini. Yang kisahnya hanya berkisar di Malang saja, sebuah kota di Jawa Timur. Daripada baper mending saya tulis sendiri saja sejarah hidup saya. Memang saya bukan tokoh terkenal, namun setidaknya tulisan saya nanti bisa dibaca oleh anak-cucu saya kelak. Syukur-syukur jika ada orang lain yang mau membaca dan mendapat inspirasi atau hikmah dari kisah sederhana saya ini.

Si Bungsu yang Pendiam


Saya terlahir sebagai anak bungsu dari empat bersaudara di sebuah Rumah Sakit Saiful Anwar Malang. Karena bobot tubuh saya yang besar saat itu, Ibu sampai dikira mengandung anak kembar dan terpaksa melahirkan dengan cara operasi caesar. Saya punya kakak laki-laki bernama Mas Jinul dan dua kakak perempuan bernama Mbak U’us dan Mbak Mud.



Ihwan kecil


Sebagai anak bungsu saya termasuk paling disayang, namun sayangnya terlalu berlebihan hingga berbatas tipis dengan pengekangan. Alhasil saya yang pendiam pun menjadi seperti anak kuper dan tidak memiliki banyak teman. Berbeda sekali dengan ketiga kakak saya, Mas Jinul terkenal sebagai anak yang jago bermain apa saja, mulai dari kelereng hingga laying-layang. Mbak U’us terkenal sebagai anak perempuan yang tomboy dan supel, dia berani berenang di sungai besar yang ada di belakang rumah kami. Lalu Mbak Mud dikenal sebagai anak perempuan yang cantik sampai dikira keturunan orang Arab. Sedangkan saya? Aah, saya hanya mampu menjadi penonton saja. Sekali maju jadi pemain, saya kebagian peran sebagai anak yang biasa saja, malahan sering jadi korban bully hiks.


Bersama Mbak Mud


Masa remaja saya juga biasa aja sih, hanya berkutat dengan buku-buku pelajaran, majalah dan novel yang saya pinjam di perpustakaan sekolah. Oh iya, satu lagi berkutat dengan jerawat yang menyerbu wajah saya. Nasib-nasib, udah wajah pas-pasan jerawatan lagi. Makanya tak heran jika tak ada kisah cinta yang indah di masa remaja saya dulu. Yang ada hanyalah kisah cinta pertama yang kandas atau kisah cinta seorang kakak kelas yang tak kesampaian. Asem tenan wes, sempurna sekali hidup saya.

Menemukan Panggilan Jiwa


       Karena keterbatasan biaya, maka setelah lulus SMA saya memendam impian untuk bisa kuliah. Maka saya pun berburu info lowongan pekerjaan di koran-koran. Baik itu koran yang saya beli sendiri atau numpang baca di penjual koran. Pernah saya ditegur sama penjual koran di Alun-Alun Malang karena saya hanya numpang baca saja. Hmm sungguh malu sekali saat itu, rasanya harga diri saya jatuh ke titik paling rendah. Pernah juga saya mengikuti tes wawancara kerja tapi ternyata pekerjaan yang ditawarkan adalah menjadi salesman. Jiaah lha wong saya ini orangnya pendiam bin pemalu kok malah disuruh meyakinkan orang buat beli alat-alat kesehatan yang mihilnya selangit itu.

Seorang sahabat di masa SMA yang baik hati memberikan informasi lowongan pekerjaan sebagai tukang fotokopi di sebuah perpustakaan PTN di Malang. Karena sadar diri tak memiliki skill saya pun menerima tawaran pekerjaan itu, pikir saya sih buat batu lompatan saja. Menjadi tukang fotokopi di sebuah PTN membutuhkan mental yang kuat juga karena terkadang saya bertemu teman SMA atau SMP yang kuliah di situ juga. Kadang ada rasa minder manakala melayani mereka, mereka bisa mengenyam pendidikan yang tinggi sementara saya sudah harus bekerja.
Alhamdulillah bekerja di lingkungan pendidikan membuat saya termotivasi untuk belajar dan mengembangkan diri. Dengan fasilitas yang tersedia seperti buku-buku dan internet saya mulai mengenal dunia luar. Saya menemukan inspirasi untuk menulis dari karya-karya penulis yang saya baca, Adhitya Mulya dan Dewi Dee Lestari adalah dua penulis yang sangat saya sukai. Kesuksesan mereka berdua mendorong saya untuk mencoba belajar menulis. Lewat internet saya mencari artikel-artikel tentang menulis dan saya pun akhirnya berkenalan dengan dunia blog di Multiply. Sekali kayuh, dua pulau terlampaui.
Saya mendapatkan banyak sekali manfaat dari Multtiply (MP): ilmu, wawasan yang baru dan sahabat-sahabat dari penjuru Indonesia bahkan luar negeri. Dunia saya yang semula hanya berkutat di rumah dan tempat kerja kini menemukan jalan keluarnya. Keinginan saya untuk menjadi seorang penulis juga menemukan titik terang. Pekerjaan sebagai tukang fotokopi yang saya geluti menginspirasi saya menulis sebuah draft novel tentang dunia fotokopi.
Alhamdulillah sebuah penerbit nasional, GagasMedia bersedia menerbitkannya dan terbitlah novel pertama saya berjudul Xerografer: Curhat Colongan Tukang Fotokopi pada tahun 2007. Ini adalah sebuah pencapaian terbesar sepanjang hidup saya saat itu. 


Novel Perdana: Xerografer


Rasanya bahagia dan bangga manakala mendapatkan apresiasi dari keluarga, kantor, teman dan yang paling utama pembaca. Saya sangat menikmati moment itu, melakukan bedah buku di beberapa kota dan yang paling membanggakan melakukan talkshow bersama penulis terkenal Raditya Dika, Christian Simamora dan Windy Ariestanti. Sejak saat itu saya makin mantap menekuni panggilan jiwa saya yaitu menulis.

Bersama Raditya Dika dan Christian Simamora


Bertemu Belahan Jiwa


Pekerjaan dan karier menulis saya berjalan beriringan. Kesabaran saya bekerja dengan status sebagai pegawai honorer selama delapan tahun berbuah manis, saya lolos dalam program pengangakatn pegawai honorer se-Indonesia di masa kepemimpinan SBY. Tidak mudah menjalani status yang tidak pasti sebagai pegawai honorer, apalagi di perpus juga beberapa senior yang sudah bekerja belasan hingga dua puluh tahun namun tak juga diangkat menjadi PNS. Saya terkadang galau, antara bertahan di perpus ataukah mencari pekerjaan lain yang lebih baik karena saya juga tidak mau selamanya menjadi pegawai honorer.


Diklat Pra Jabatan CPNS


Program pengangkatan honorer se-Indonesia itu menghapus kegalauan saya. Proses demi proses pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil saya lalui dengan bersemangat, termasuk menjalani masa prajabatan selama tiga minggu di Surabaya. Bulan Agustus 2008 saya resmi diangkat menjadi PNS dan hati ini pun tenang menatap masa depan. Agar masa depan makin tertata saya pun inisiatif kuliah dengan biaya sendiri di sebuah PTS di Malang. Saya mengambil jurusan Administrasi Publik yang sesuai dengan bidang yang saya geluti.
Namun ada satu kegelisahan yang masih mengganjal di hati saya juga keluarga yaitu status saya yang masih sendiri di saat usia sudah mendekati tiga puluh tahun. Saya bukannya tidak berusaha, namun kegagalan demi kegagalan selalu saya temui di saat menjalin hubungan. Mulai dari proses pacaran hingga ta’aruf pernah saya lalui namun semuanya tidak berhasil mengantarkan saya ke jenjang pernikahan. Walaupun kadang lelah dengan pertanyaan hingga ledekan tentang status lajang yang masih melekat, saya berusaha tetap bersyukur dan menikmati hidup.
Doa saya untuk bertemu dengan belahan jiwa mulai terjawab ketika saya berkenalan dengan salah satu teman ngeblog di MP. Namanya Ani Ivon, dia berasal dari Blitar namun sudah melanglang buana hingga ke Negeri Beton. Dia menyukai warna biru dan memiliki passion juga di dunia menulis, Ivonie Zahra dipilihnya sebagai nama pena. Setelah bekerja mengadu nasib di Hong Kong, Ivon bekerja di Yogyakarta selama beberapa bulan. Lalu atas permintaan orang tuanya, dia kembali ke Blitar.
Saat Ivon hendak mencari pekerjaan di Malang, saya berinisiatif membantunya. Lamaran demi lamaran dimasukkannya di setiap toko di Malang Town Square yang membuka lowongan pekerjaan. Setelah menunggu beberapa minggu akhirnya Ivon diterima bekerja di sebuah toko jilbab yang cukup popular namanya.
Interaksi selama membantu mencari pekerjaan menumbuhkan benih-benih cinta di antara kami. Meskipun sifat kami bertolak belakang namun tak menghalangi niat kami untuk membawa hubungan kami ke jenjang yang lebih serius. Di bulan Maret 2012 saya mengucapkan ijab kabul di sebuah masjid sederhana di Blitar, disaksikan keluarga dan kerabat dari kedua belah pihak. 


Our Wedding


Alhamdulillah kini pernikahan kami sudah menginjak tahun keempat, layaknya rumah tangga lainnya kadang ujian dan cobaan datang menghampiri. Namun kami berusaha untuk menyelesaikannya dan mengingat kembali komitmen yang sudah kami buat empat tahun yang lalu. Kami sudah dikarunai seorang putra tampan yang sangat aktif bernama Muhammad Enjuardi Aimanullah yang kini berumur tiga tahun dan saat ini kami sedang menanti kehadiran buah hati kedua kami. 


Buah Hati kami: Aiman


Buat saya mereka adalah sumber inspirasi, motivasi dan semangat saya menjalani hidup dan berkarya baik itu dunia kerja maupun dunia menulis. Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat senyum kebahagiaan yang terukir di wajah mereka.

Mencoba Tantangan di Dunia Indie


Tiga tahun berlalu sejak novel Xerografer terbit, namun saya tak kunjung bisa menerbitkan novel kedua. Seleksi yang lebih ketat membuat draft novel saya dikembalikan. Awalnya diminta untuk direvisi namun setelah saya revisi dan dikirim ulang tetap saja tidak sesuai dengan ketentuan penerbit. Saya sampai nyaris putus asa dan menganggap keberhasilan saya menerbitkan novel perdana itu hanyalah keberuntungan semata.
Satu-satunya sumber semangat adalah para pembaca setia yang menantikan dan menanyakan kapan novel kedua saya keluar. Jujur saya rindu berinteraksi dengan pembaca, saya ingin melepaskan “anak kedua” agar bisa menemukan pembacanya. Akhirnya jalur indie pun saya tempuh dan keluarlah novel kedua saya berjudul Partisi Hati.
Tantangan menerbitkan novel kedua secara indie membuat saya kecanduan dan akhirnya saya terjun sekalian. Dengan niat yang mantap saya pun mendirikan sebuah penerbitan indie bernama Mozaik Indie Publisher. Mama Ivon membantu saya sebagai editor, sedangkan sebagai desain cover saya bekerja sama dengan dua teman ngeblog di MP yang jago desain yaitu Muhammad Nurul Islam dan Rana Wiajaya Soe. 


Buku-buku terbitan Mozaik Indie Publisher


Proyek pertama yang Mozaik kerjakan adalah buku antologi berjudul Anugerah Terindah di Bulan Kelahiran yang berbentuk e-book. Disusul kemudian dengan antologi Puasa Pertamax yang mendapatkan sponsor dana dari Multiply. Setelah itu menyusul buku-buku lain mulai dari buku solo hingga antologi, total sudah 30 judul buku yang Mozaik terbitkan. Beberapa buku terbitan Mozaik yang menonjol antara lain Book Junkies, Love Journey, Carok, The Last Soul yang dicetak massal dan berhasil masuk jaringan toko buku nasional seperti Gramedia dan Togamas. My Wedding Story yang diterbitkan ulang oleh penerbit mayor Al-Kautsar. Lalu ada juga novel Menanti Cinta yang bagi-bagi 100 buku gratis buat para resensor.


Buku Love Journey di Gramed Matos


Menjalankan Mozaik membuat saya melakukan banyak aktivitas baik online maupun offline seperti mengadakan launching dan bedah buku di toko buku dan Perpustakaan Umum Malang, mengadakan lomba dan proyek-proyek penulisan antologi. Saya juga mendapat banyak teman baik itu dari penulis, penerbit hingga para sponsor dan klien dalam setiap event yang kami adakan.


Bedah Buku di Togamas, Malang


Sayang di tahun ketiga, Mozaik mengalami kemunduran dikarenakan beberapa hal antara lain waktu yang saya miliki terbatas karena harus berbagi waktu dengan pekerjaan utama dan keluarga, masih rendahnya minat baca masyarakat dan persaingan dunia penerbitan yang sangat ketat. Untuk saat ini saya memilih rehat dulu menjalankan Mozaik dan kembali menekuni dunia blog yang sudah lama saya tinggalkan sejak Multiply tutup usia.

Berkah Keluarga Biru


Keputusan untuk kembali ngeblog terinspirasi dari kesuksesan salah satu sahabat blogger di Multiply yaitu Katerina S atau akrab dipanggil Mbak Rien. Sesuai dengan nama blognya www.travelerien.com, Mbak Rien menuliskan pengalaman traveling dan kulinernya di blog. Karena kualitas tulisannya yang sudah tidak diragukan lagi ditambah dengan foto-foto perjalanannya yang ciamik itu maka tak heran jika tulisan Mbak Rien tidak hanya menghiasi blognya namun juga berbagai media cetak nasional. Bahkan namanya juga sering muncul sebagai pemenang dalam lomba-lomba blog yang diikutinya.
Dengan segala kelebihan dan prestasinya itu, tak membuat seorang Katerina S(andra) tinggi hati. Ibarat pepatah padi semakin berisi semakin merunduk. Salah satu buktinya adalah dia mau mengajari saya ngeblog dengan lebih serius di awal tahun 2015 yang lalu. Tidak tanggung-tanggung bahkan nama blog Keluarga Biru pun juga berasal dari Mbak Rien karena dia melihat saya dan Mama Ivon yang sama-sama penyuka warna biru.
Mbak Rien mengajari saya dengan sabar bagaimana mengelola sebuah blog, dia tak bosan-bosannya menjawab setiap pertanyaan saya. Tak hanya itu saja, Mbak Rien pun membuka mata saya bahwa lewat blog kita bisa mendapatkan penghasilan. Hal itu membuat saya makin bersemangat menekuni dunia blog secara professional. 


Keluarga Biru di Prambanan


Saya pun rajin mengisi blog Keluarga Biru, saya usahakan sehari satu tulisan. Adapun niche blog yang saya pakai adalah traveling, kuliner dan parenting. Sehabis menulis saya sharing tulisan di social media dan grup blog yang saya ikuti. Saya juga belajar sedikit demi sedikit tentang SEO dan optimasi blog. Semua itu konsisten saya lakukan secara maksimal selama enam bulan dan Alhamdulillah mulai menunjukkan hasil. Satu per satu job review menghampiri, adakalanya juga saya melamar ke brand atau agency. Beberapa lomba yang saya ikuti juga membuah hasil positif, paling tidak menyangka ketika berhasil menjadi juara 1 di My Agya My Style Blog Competition kategori traveling dengan hadiah 5 juta! Disusul kemudian masuk 5 besar di Green Metrocar Blog Contest dengan hadiah tiket PP Jakarta-Singapura. Sayangnya hadiah itu hangus karena saya tidak memiliki uang saku, masa iya saya harus ngegembel di Singapura.



Happy Family


Saya sangat bersyukur karena blog Keluarga Biru memberikan berkah dan manfaat tidak hanya bagi keluarga saya namun juga pembaca blog saya. Salah satu artikel yang paling laris adalah cerita ketika Aiman harus disunat karena fimosis di saat usianya masih dua tahun. Banyak orang tua yang mengalami kasus serupa yang kesasar di tulisan tersebut, mereka bilang merasa sedikit lega dan terbantu dengan pengalaman saya tersebut. Di situlah saya merasa kegiatan ngeblog saya begitu berarti karena bisa membantu orang lain.

Demikianlah sedikit sejarah hidup saya yang lumayan berliku, menapaki naik turunnya kehidupan. Suka dan duka, tangis dan tawa datang silih berganti. Itu semua adalah sebuah proses kehidupan yang harus kita jalani, tentunya ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik. Bagi diri saya sendiri, tulisan sejarah hidup saya ini adalah sebuah evaluasi diri agar ke depannya bisa lebih baik menjalani hidup. Bagi keluarga, ini adalah sebuah kenangan yang bisa mereka baca di saat saya sudah tidak bersama mereka lagi. Dan bagi Anda semua, semoga bisa menginspirasi, aamiin.


Sekarang saya mau ngomenin blog milik Mbak Ika Puspitasari selaku penyelenggara GA, sebagai lifestyle blog sudah mampu memberikan tulisan seputar kehidupan masa kini yang bermanfaat bagi pembaca. Kemampuan Mbak Ika mengelola blog ini juga sudah tidak diragukan karena di usianya yang masih setahun sudah sering mereview produk kecantikan, aplikasi kesehatan dan aplikasi kuliner. Semoga kedepannya blog Bundafinaufara semakin sukses dan menyajikan tulisan yang bermanfaat bagi para pembacanya. Happy 1st Anniversary ya Mbak Ika.



24 komentar

  1. Terima kasih sudah ikutan GA saya ya mas Ihwan. Sejarah hidupnya inspiratif..penuh pembelajaran hidup. Semoga beruntung ya ;)
    salam untuk mb Ivone dan Aiman :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama Mbak Ika, makasih udah bikin GA yang temanya bagus ini. Aamiin, salam disampaikan.

      Hapus
  2. weh iyo menang nggon lombane toyota ya haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Yo, mugo-mugo tahun ini bisa menang lomba lagi dengan hadiah segitu aamiin.

      Hapus
  3. wah perjalanan hiudp yang bisa dibaca banyak orang siapa tahu bisa jadi inspirasi banyak orang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk Mbak bkin juga, pasti pengalamannya hidupnya jauh lebih menginspirasi.

      Hapus
  4. jadi tau penampakan cristian simamora versi asli :) goodluck mas...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lha emang versi tidak aslinya kayak gimana Mbak? hi3
      aamiin makasih Mbak, yuk ikutan juga.

      Hapus
  5. Hebat om ihwan biografinya..makin tambah kagum nich ma om ihwan..good luck om

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Ismi, masih banyak yang lebih hebat kok di luar sana. Ayo ikutan, itung-itung buat belajar nulis.

      Hapus
  6. Balasan
    1. Aamiin, makasih Mbak Witri. Nggak ikutan juga?

      Hapus
  7. Tadi bacanya pria berdarah biru :))

    Hohoho kangen masa2 jd Blogger MP :D

    Eh itu diklat prajab thn 2008 yg di Unesa kuwi yo Wan?

    BalasHapus
  8. Wah mbak ivoni cantik banget pake mahkota #fokuse ke situ
    Inspiratif ni perjalanan idupe njenengan

    Saya juga ikut meramaikan giveawai ini loh

    BalasHapus
  9. saya juga dulu punya MP.. untungnya sebelum MP kukutan udah sempet nyimpen beberapa tulisan yang ada di sana... btw, ini mah nggak orang biasa... karya2nya kereeen euy... sukses selalu mas untuk karya2nya dan keluarga birunya... salam kenal dan salam untuk mama Ivon :)

    BalasHapus
  10. Semoga samara terus ya mas ihwan.. itu aiman ternyata papa aim banget ya...

    BalasHapus
  11. Dulu saya juga mulai ngeblog di MP. Sedihnya waktu MP tiada.
    Semoga makin produktif berkarya & menginspirasi ya...

    BalasHapus
  12. wah...benar-benar mengharu-biru kisahnya mas.

    BalasHapus
  13. Halo mas ihwan. alkautsar nih. hehehe.. akhirnya nemu juga blog pribadi ente nih. gile mas. ternyata jalan hidup kita mirip-mirip.. saya juga mulai dari honorer dulu kerja. tukang motokopi dan tukang beliin bubur. wkwkwk.. sampai akhirnya ikut tes lagi dan diterima jd PNS. cuma akhirnya resign.. saya gak tau ini cara pintar dalam mengejar impian apa gak ya.. tapi yang pasti, kenal ama mas ihwan ini udah tepat lah buat saya.. hehehe..


    MAKASIH OMALIII!!!

    BalasHapus
  14. Sejarah hidup yang diulas secara menarik.

    Salam,
    Syanu

    BalasHapus
  15. yang foto sama raditya dika paling hits si, hehehe

    salam,
    kesya

    BalasHapus
  16. Maaas! Bikin buku tentang diri sendiri wes. Dibalik kependiamanmu ternyata kamu WOW. Hehe

    BalasHapus