Setahun setelah
ngeblog di Keluarga Biru, saya mulai merasakan kejenuhan. Jenuh menulis dan
membaca blog yang mayoritas berisi tentang travelling dan kuliner. Kebetulan dua
tema itu sering saya tulis dan baca. Sebagai penulis saya merasa jenuh karena
menulis tema travelling dan kuliner itu memang tidak mudah bagi saya, untuk travelling
harus menulis berdasarkan kenyataan dan pengalaman sendiri sementara dompet
tidak mendukung untuk travelling terus-menerus. Pun kalau sehabis travelling,
seringnya menunda-nunda untuk menulis karena berbagai alasan mulai dari masih
capek hingga kesibukan di kantor.
Menulis kuliner juga
kurang lebih sama kendalanya. Saya masih kesusahan mendeskripsikan makanan
dengan menarik, tidak hanya sekedar menulis tapi mampu membuat pembaca seperti
ikut merasakan rasa makanan yang kita tulis. Lalu juga pengetahuan saya tentang
nama-nama bumbu atau jenis makanan masih minim, untung ada Mama Ivon yang bisa
saya tanya-tanyain.
Menulis tema travelling
dan kuliner itu memakan waktu yang banyak bukan di proses menulisnya saja namun
juga editing foto. Nggak afdol rasanya jika menulis tentang suatu tempat atau
makanan namun tidak ada foto-fotonya, nanti dituduh HOAX. Sudahlah menulis dengan
penuh perjuangan, terkadang yang membaca hanya sedikit. Atau kalau komen juga
standart, biasanya sih berasal dari spammer yang ngiklan link doang.
“Wah seru
sekali, moga kapan-kapan bisa ke sana juga.”
“Lezaat
bingiiit, jadi pengin nyobain.”
Awalnya sih agak
baper tapi saya buru-buru introspeksi diri, mungkin tulisan saya memang kurang
menarik. Trus saya pun kadang juga melakukan hal yang sama kalau pas lagi jenuh
namun harus tetap komen sebagai komitmen dan dukungan pada sesame blogger,
pisss.
Saya jadi
merindukan tulisan berupa cerita keseharian bahkan curhat seperti di MP dulu. Lewat
tulisan-tulisan tersebut saya jadi bisa lebih mengenal teman blogger saya. Tak heran
jika di MP dulu persahabatan sesama blogger sudah seperti keluarga bahkan ada
yang sampai cinlok hingga berujung di pelaminan. *angkat tangan tinggi-tinggi
Dunia blog
berkembang sesuai tuntutan zaman. Kini posisi blog telah naik level menjadi
media promosi bagi brand-brand sehingga para blogger pun berusaha mengisi
blognya dengan konten-konten yang menarik dan paling banyak diminati seperti
travelling, kuliner, beauty dan lifestyle. Blog dengan niche tertentu memang
lebih menarik baik itu di mata brand maupun google. Saya termasuk blogger yang
memilih untuk konsen menulis dengan niche tertentu.
Tapi saya butuh
media juga buat nulis hal remeh-temeh, cerita keseharian bahkan curhat seperti
di MP dulu. Saya nggak mungkin menulisnya di blog Keluarga Biru yang
jelas-jelas niche-nya Parenting-Travelling dan Kuliner. Itulah sebabnya saya
kemudian membuat blog personal dimana saya bebas menulis apa saja.
Nah beberapa
hari ini saya mendapatkan inspirasi bahkan merasa tertampar setelah membaca tulisan
teman-teman blogger yang biasa menulis tentang keseharian mereka. Tulisan pertama
milik Mbak Grace Melia atau akrab dipanggil Mami Gesi yang berjudul: Dear
Special Needs Moms, Jangan Menyerah.
Dalam tulisannya
itu Mami Gesi menceritakan tentang bagaimana jatuh bangun yang dialaminya dalam
merawat putri tercintanya Ubii yang berkebutuhan khusus. Banyak banget point
yang dia tuliskan, semakin saya membaca ke bawah saya semakin tertampar dan
jadi malu sendiri.
Ini saya copy-kan
salah satu point yang bikin saya ketampar:
Saya tahu bagaimana frustrasinya melihat teman-teman kita
yang lain dikaruniai anak yang sehat dan lucu sedangkan anak kita terlihat
berbeda, entah dari rupanya, gerak-geriknya, atau perkembangannya. Tak
tertahankan ada satu pertanyaan yang muncul berulang kali, "Apa dosaku,
Gusti? Kenapa aku? Kenapa anakku?" I've been there.
Kenapa saya
merasa ketampar? Karena belakangan ini saya sering mengajukan pertanyaan yang
sama pada Allah. Padahal apa yang saya hadapi nggak ada seujung kuku dari apa
yang dialami oleh Mami Gesi dan special needs Moms lainnya. Yaitu tingkah laku
Aiman yang semakin aktif dan semaunya saja trus juga kebiasaan Aiman dan Baby
Aira yang tidur larut malam hingga jam 12 malam. Gara-gara harus begadang
ngemong mereka hampir setiap hari, saya sampai kecapekan sehingga tensi saya anjlok
100/60.
Jujur saja, saya
sampai ngeluh sama mereka.
“Oalah Aim, kamu
tuh kenapa sih nggak bisa duduk diam gitu. Mondar-mandir kayak layangan, Bapak
pusing liatnya.”
“Oalah Nduk,
kenapa sih kamu itu tidurnya malem-malem. Mbok kayak bayi-bayi lainnya, yang
tidur sore jam 8 trus bangunnya besok pagi.”
Malahan saya sampai
mbatin pada Gusti Allah jika Mas Aiman tingkahnya sudah keterlaluan: “Apa dosa
saya kok Aim kayak gitu. Apa mungkin karena dulu saya suka sebal kalau liat
anak laki-laki yang nakal dan nggak bisa diam. Maka sekarang saya dapat karma
memiliki anak yang seperti itu.”
Setelah membaca
tulisan Mbak Gesi itu saya pun mencoba introspeksi. Seharusnya saya tetap
bersyukur bahwa Duo Ai itu lahir sempurna, tidak kurang suatu apapun dan tumbuh
sehat hingga sekarang. Meskipun mereka suka begadang namun tetap aktif, kalau
sakit juga sebatas panas, batuk, pilek.
Sebenarnya sih
selama ini saya dan Mama Ivon sudah berusaha mengatasi ‘masalah’ yang dialami
Duo Ai: Aiman kami ikutkan terapi untuk membuat dia lebih fokus dan mengarahkan
keaktifannya. Tapi saying dengan beberapa alasan kami terpaksa menghentikan
terapi tersebut. Lalu untuk Baby Aira kami masih belum tahu bagaimana cara membuatnya
tidur lebih sore.
Lalu tulisan
yang kedua adalah milik Mbak Arni yang berjudul: Berbagi
Tanpa Batas, Menolong Tanpa Sekat, Bersama Sekolah Relawan
Dalam tulisan di
atas, Mbak Arni bercerita tentang ulang tahun putra tersayang yaitu Prema yang
dirayakan dengan berbagi dengan orang-orang yang kurang beruntung. Mereka memberikan
makan gratis kepada mereka. Nah di antaranya ada anak-anak yatim yang sepulang
sekolah berjual tissue. Ada dialog yang membuat hati siapa saja mencelos
membacanya:
“Bu,
saya sudah sering makan tempe. Mau minta
ayamnya 2 boleh gak. Saya belum pernah makan ayam goreng…,”
Saya tahu bahwa di
luar sana ada orang-orang kurang beruntung yang ditakdirkan menjalani kehidupan
yang keras. Membaca kisah dalam tulisan Mbak Arni membuat mata saya makin
terbuka dan lebih bersyukur dengan keadaan saya.
Trus saya jadi
teringat apa yang keluarga kami alami pada akhir bulan kemarin. Hari itu saya
lembur sampai jam 10 malam. Ketika menjelang pulang, Mama Ivon wasap minta
dibelikan kue terang bulan untuk Aiman dan nasi goring buatnya. Saya pun menyanggupinya.
Nah ketika saya melihat ke saku celana dan baju, ternyata hanya ada uang
sebesar Rp.18.000, jangan tanya berapa yang tersisa di dompet. Di sana hanya
ada kartu dan bon-bon yang lupa saya buang.
Dalam perjalanan
pulang saya mampir ke ATM, berharap masih ada yang yang bisa saya ambil. Ketika
saya cek di ATM 1 saldo tinggal 40ribu sekian, trus gentian ke ATM 2 ternyata
sebelas dua belas. Oalah andaikan jumlah uang di kedua ATM itu bisa digabung
pasti saya bisa ambil uang setidaknya 50ribu. Dengan hati sedikit nelangsa saya
pun wasap Mama Ivon:
“Ma, uangku
tinggal 18ribu. Trus tadi cek 2 ATM saldonya mepet nggak bisa ditarik. Jadi aku
beliin terang bulan buat Aim saja ya. Nasi gorengnya beli pakai uang Mama di
rumah.”
Mama Ivon nggak
membalas, mungkin dia masih sibuk ngemong Dua Ai. Saya yakin dia pasti juga
memilih untuk belikan Aim terang bulan.
Pas balik dari
ATM saya tak sengaja melihat ke spidometer motor, weks bensin menipisss. Saya jadi
bimbang antara mau beli terang bulan atau bensin. Kalau saya beli bensin jadi
nggak bisa beliin Aiman terang bulan, kasian dia tadi sudah dijanjiin.
Bismilllah, akhirnya saya putuskan untuk beli terang bulan saja. Saya yakin
bensinnya masih cukup untuk perjalanan sampai ke rumah.
Di sepanjang
perjalanan hati ini jadi baper juga, kok keuangan kami sampai kayak gini banget
ya. Mau beliin nasi goreng dan terang bulang buat anak istri sampai harus
memilih salah satu, bahkan nekat pulang jam 10 malam dengan keadaan motor yang
mepet bensinnya. Alhamdulillah saya bisa sampai di rumah dengan bensin mepet
tersebut, Mas Aiman senang bisa makan terang bulan dan Mama Ivon nggak marah
meski nggak jadi makan nasi goreng.
Kejadian di atas
jika dibandingin dengan kerasnya hidup yang dijalani anak-anak dalam tulisan
Mbak Arni jelas nggak ada apa-apanya. Saya nggak setiap akhir bulan kehabisan
uang kok, kalau job dari blog lagi lancar pasti bisa beliin nasi goreng dan
terang bulan 10 bungkus wahahaha. Trus masih ada gaji bulan depan yang menjadi
harapan. Sedangkan anak-anak itu?
So buat kalian
teman-teman blogger, tetaplah menulis cerita keseharian kalian bahkan walaupun
itu curhat sekalipun. Kalian tidak tahu bahwa tulisan kalian bisa memberikan inspirasi
dan kekuatan bagi pembaca yang mengalami hal serupa, bahkan pengingat bagi pembaca yang merasa
hidupnya paling menderita sedunia. Tak usah minder dengan julukan Blogger
Curhat. Mengutip pesan Priyo tentang julukan atau cap blogger yang belakangan
lagi marak: Its not define you, its define him/her.
Aira kayanya pola tidurnya yang harus diubah...aku dulu gitu sih, soalnya anakku dulu tiga balita semua. kalau salah satu melekan bisa kacau semuanya.
BalasHapusbiasanya kalau sehari tidur dua kali untuk hari itu dibuat sekali biar malamnya cepat ngantuk...besoknya biasanya polanya sudah berubah...
Inspiring mas. Btw, ini bukan komen basa basi lho. Saya baca dr awal smpe akhir kok. :)
BalasHapusThat why saya bikin blog lagi khusus curhat soalnya buat katarsis di saat jenuh mau nulis apaan. Makasih idenya, mas
BalasHapusAh, baca tulisan mas Ihwan jadi pengen curhat lagi, btw aku juga pernah berangkat ke kantor blas ngga sangu yg penting bensin penuh,eh nyampe kantor dapet honor lumayan. Semoga kita slalu bersyukur dalam keadaan apapun ya mas Ihwan.
BalasHapusMau curhat tapi malu bang Ihwan.. he he he
BalasHapusWalah gak nyangka tulisanku malah menginspirasi dirimu nulis ini. Aku justru suka lho baca tulisan curhat, berasa lebih kena dihati dibanding yang sekedar muji2 brand, tempat wisata atau kuliner. Meski nulis dengan tema traveling atau kuliner sebisa mungkin masukkan pengalaman pribadi disana, biar lebih enak.
BalasHapusSoal Aiman dan Aira, aku jujur gak tau gimana keseharian mereka sampai papa mamanya puyeng, tapi bukankah punya anak aktif adalah impian setiap orang tua? Tinggal mengarahkan saja. Ini ya Prema, kurang gimana coba sampai kakek neneknya, guru2nya semua bilang kelakuan dia "ajaib" saking gak biaa diamnya, ya wis saya senyum aja sambil bilangin baik2 ke Prema dan berusaha nyari kegiatan positif untuk menyalurkan energinya.
Salah satunya ya FFC kemaren itu. FYi, salah satu yang bikin dia senang ikutan ya karena dia merasa "berguna" dalam arti dibolehin bantu ini itu. Bebas lari sana sini disepanjang trotoar ditengah jalanan yang super macet dan rame. Dalam kondiai normal, itu gak mungkin, gak bakal ada ceritanya kami melepas dia jalan sendirian di trotoar kek gitu. Ada juga tangannya digandeng erat atau ya diem dalam mobil. Dia mendapat kebebasan, kami mengingatkan tentang tanggung jawab pada diri sendiri, dan dia lakukan. Ternyata itu jadi semacam "kebanggaan" lho buat dia. Pulangnya cuapek, tidur deh hehe.
Mungkin bisa jadi contoh buat ngasi kegiatan ke Aim, cari aktivitas fisik yang pas, agar energinya tersalurkan
Ups maaf kepanjangan hihi
Aku juga jarang nulis curhatan. Sejak fokus di AE, malah gak pernah nulis. Sesekali di babyae, itu pun singkat.Kangen juga pingin curhat-curhat di blog, ben gak curhat nang kamu tok. :p
BalasHapusTulisan curhat dikemas dlm bentuk tips dan pengalaman disertai solusi kayaknya apik mas Ihwan, jadi gak sekedar curhat tapi bisa kasih masukan ke yg sedang mbaca dan mengalami hal yg sama.
BalasHapusBikin mp ala2 qt sendiri ya 😊
BalasHapusWah.. Ini insnpirasi buat saya yang sebagian besar tulisan blog berisi curhat. Tapi kayaknya memang harus belajar lebih banyak lagi, agar meskipun curhat bisa bermanfaat lebih-lebih menginspirasi. :D
BalasHapusTerimakasih sharingnya, Mas..
Salam hangat dari Bondowoso.
aku yo lagi pengen curhat Mas, lagi jenuh di kantor ... hiks
BalasHapusSaya blogger curhat hehe...disetiap tulisannya saya kasih bumbu baper dan kadang ada bumbu motivasinya atau inspirasi.
BalasHapusTulisan dari Grace Melia sangat menginspirasi saya dan orang tua yang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus harus baca tulisannya.
www.geraldirizki.com
Saya terharu mas, saya juga pernah baca blog yang judulnya kado untuk suamiku, isinya bener bener inspiratif, kisah nyata yang mengharukan. bahkan yang biasanya saya hanya membaca satu paragrappun saya membaca dengan tuntas pada blog tersebut.
BalasHapusOk...terkadang curhatan boleh juga masuk blog ya.. dan dominasi kaum hawa kuat banget disana. Tapi jadi terinspirasi untuk menulis hal yang sama seperti tulisan mas ihwan.. setidaknya untuk sebentar keluar dari rutinitas ngeblog ya..
BalasHapus"Its not define you, its define him/her."
BalasHapusA quote that I like!
I think you remind me of Margie Warrell.
"What story are your writing?"
Inspiring!
jangan kebanyakan curhat mas dan mengeluh..menambah beban pikiran, klo iklan rokok, enjoy aja :)
BalasHapusJadi ingat masa MP dulu.. semua isinya curhat.. blm kenal yang namanya endorse, dll.
BalasHapusThanks tulisannya mas Ihwan.. sementara curhatnya di buku dulu hehe.. baru kalau ada jalan keluar ato pencerahan saya tulis di blog..
Kangen nulis curhatan juga kayak jaman MP dulu, tapi krn blog dimonetize jd ada jaimnya hehe
BalasHapusSukses mas bagus tulisannnya Saya baca ampek abiss salut bgt.
BalasHapus